Minggu, 11 Oktober 2020

Kita ini ada tidak ya?

Seperti ada, namun semu. Seperti tidak ada, namun rasanya ada yang terlewatkan. Berat ya ternyata? Hal paling membuat menyesal adalah membaca ulang pesan-pesan itu, iya, ketika aku dan kamu sedang berusaha memastikan adanya kita. Mimpi malam tadi membawaku menulis kembali, setelah berbulan bulan lamanya tidak berdadil dan bersabda, aku kembali melakukannya. Menuangkannya dalam huruf-huruf yang berjajar disini dengan apiknya. Kembali mengagumimu, merindukan kita. Beberapa waktu lalu aku memikirkan ternyata tanpa adanya namamu di bar notifikasi selama beberapa bulan bukan sesuatu yang buruk, lalu mengapa beberapa bulan sebelum sebelumnya aku begitu bergantung pada hal itu ya? Apa aku sedang terbodohi dengan ego, dan perasaanku sendiri? Tentunya semua ini bukan salahmu, tidak sedikitpun. Tapi nyatanya, saat ini, aku kembali menulis sebagai obat penyembuh betapa tabu rasanya berkirim pesan denganmu kembali. Sedikit pesan saja, aku sudah hanyut. Bukan lagi seperti manusia rasanya, seperti hanyut namun sekaligus melayang di langit biru bersama awan-awan putih, mungkin berlebihan. Tapi ya, kali ini aku tanpa ragu, menulis, aku merindukan mu. 

Sulit sekali, merasa biasa-saja tanpa notifikasi itu. Tapi mengapa bisa semudah ini bergantung lagi ya? bagaimana bisa perasaan yang paling ku benci bisa sekaligus jadi yang paling aku rindukan? 


Asal kamu tahu, banyak sekali pertanyaan pertanyaan terlintas dan sangat ingin ku tanyakan. Salahsatu yang paling ingin kutanyakan adalah, apakah benar kamu sudah dapat mengikhlaskannya? benar begitu? jika jawabanmu belum, rasanya aku ingin cepat-cepat pergi sekaligus menahan diriku sendiri untuk tidak pernah pergi. Jika itu benar, aku akan sangat menyesal sekaligus bersyukur sudah menanyakan hal itu. 

Jadi sebenarnya kita ini ada atau tidak ya? Kamu tidak perlu membuang energi untuk menjawabnya jika jawabannya adalah tidak. 


Namun, apapun yang sedang terjadi dibalik bungkam dengan aku yang hanya bisa bertanya tanya dalam diam, semua itu anugerah. Terimakasih sudah tidak membuat dosa-dosa menumpuk di pundak manusia paling berharga untukku. lagi-lagi Tuhan baik sekali ya... Semoga rencana-Nya kali ini indah dan pasti akan selalu indah, baik untukku, untukmu atau untuk kita. 

Awan, aku masih menunggu cerita-ceritamu. 

Tidak-tidak, mungkin aku harus bersabar sedikit lama lagi ya, semoga jalan yang sedang kita tempuh ini benar-benar jalan menuju kita, kita yang sama dari sedia kala namun berebeda, iya, lebih baik dari sebelumnya. Itu sedikit do'aku, Wan. kalau ada kesempatan diberi sebuah keajaiban, aku ingin mendengar do'amu. semoga do'amu tidak berlawanan dengan milikku ya. Terimakasih sudah pernah menungguku. Aku berharap pada-Nya kamu tidak pernah berhenti melakukannya, Wan.