Jumat, 03 Juli 2020

Tumpul

Ketika Tanah berusaha memikirkan hal positif tentang Awan, semuanya terasa baik baik saja, sangat baik baik saja. Tapi, apakah memang sebenarnya memang betul baik baik saja ya, Wan? Kamu selalu membuatku seperti ini, Wan. Membuatku menebak nebak jalan fikiranmu. Boleh tidak kalau Tanah lelah untuk selalu memikirkan hal positif tentang Awan? 
Kenapa ya, Wan, hal kecil tentangmu selalu saja mudah menempel di otakku, dan walaupun dalam rentang waktu yang lama sangat sulit dihilangkan. Begitu sebaliknya denganmu, Wan. Hal besar dalam hidupku saja mungkin tidak pernah terlintas di fikiranmu. Awan, mengingatmu selalu membuatku rapuh. Atau mungkin ini balasan untukku ya? Karena telah menyakiti seseorang yang sudah lama menunggu?.

Awan, kali ini Tanah benar-benar rapuh karena ekspetasi bahwa Awan menganggap Tanah itu ada. Kali ini Tanah marah pada diri sendiri. Marah karena ternyata Tanah salah tentang fikiran positif itu, memang benar hal tersebut selalu bisa membuat Tanah tenang dalam waktu sekejap. Itu karena Tanah tidak bisa menerima rasanya sakit hati ya? Sepertinya iya. Mungkin ini saatnya patah ya, patah yang tidak berusaha segera dibenahi. Tidakpapa. Semoga patah kali ini adalah nama lain dari sembuh. Bukan lagi sembuh berulang kali namun kenyataannya patah yang sedang dihindari dan ditunda. 

Atau sebenarnya Awan ingat? Tapi hanya tidak ingin membuat Tanah terbang. Sepertinya iya, karena Awan tau Awan tidak akan pernah ada untuk Tanah ya? Iya kan, Wan? 

Terimakasih ya, terimakasih untuk membiarkan Tanah selalu menebak-nebak dan semakin membuat Tanah hancur karena tidak tau kebenaran apa yang sedang terjadi. Terimakasih untuk tidak adanya penjelasan karena Awan takut membuat Tanah hancur. Padahal salah besar, Wan. Awan tau kan, kalau Tanah selalu menunggu Awan dari bawah sini? 

Padahal Tanah sudah terang-terangan pada Tuhan bahwa Tanah menginginkan Awan. Tapi semuanya malah berbalik seperti ini. Tidak mungkin kan, jika Tuhan menginginkan hal buruk untuk hambanya? Tuhan benar ya, Wan. Bahwa jawaban dari semua ini adalah Tidak? 

Semua pertanyaan disini rasanya sia-sia, Wan. Padahal memang Tanah tau bahwa Awan tidak akan membaca semua ini. Lalu? Apa mengagumi mu juga sia-sia, Wan? 

Seperti sedang membunuh seekor sapi dengan pisau tumpul, kamu pembunuh nya, Wan. Iya, sang sapi itu adalah perasaan ku. Bisa tidak ya, Wan, kalau aku membenci mu saja? 

Tidak. Membencimu sama dengan selalu mengingat dan membiarkan rasa sakit itu selalu tumbuh. Tapi dengan mempertahankan semua ini juga tidak ada artinya, Wan. Menjagamu dari sakit seperti sebuah pembalut luka ternyata bukan jalan yang baik untuk Tanah. Tanah takut sekali jika Awan yang merasakan sakit seperti ini, lagi. Karena itu Tanah tidak masalah jika harus merasakan sakit seperti ini. Tanah tidak mau Awan tau dan berbalik menyalahkan dirimu sendiri. 

Bagaimana jika Tanah pergi pelan pelan saja ya, Wan? 

Pergi tanpa takut Awan akan sendirian dan kesepian
Membiarkan Awan menjelajahi rasa sakitnya sendiri
Awan sekarang 'kan juga sudah dewasa, ya kan Wan? 
Tidak perlu ada Tanah lagi. Iya kan, Wan? 

Tidak ada komentar: